Groupthink
(pemikiran kelompok) didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang
digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui
motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan mereka kesepakatan
melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada.
Irving
Janis, di dalam bukunya Victim of Groupthink (1972), menjelaskan apa yang
terjadi di dalam kelompok kecil dimana anggotanya memiliki hubungan baik satu
sama lain. Mempelajari pengambilan keputusan dalam kebijakan asing, Janis
menyatakan bahwa ketika anggota kelompok
memiliki nasib yang sama, terdapat tekanan yang kuat untuk menuju pada
ketaatan.
Janis yakin
bahwa apabila kelompok yang kemiripan antaraanggotanya tinggi dan memiliki
hubungan baik satu sama
lain gagal untuk menyadari sepenuhnyaa akan adanya pendapat yang berlawanan , ketika mereka menekan konflik hanya agar mereka dapat bergaul dengan baik, atau ketika anggota kelompok tidak secara penuh mempertimbangkan semua solusi yang ada, mereka rentan terhadap groupthink. Ia berpendapat bawa ketika kelompok sedang berada dalam groupthink, mereka serta merta akan terlibat dalam mentalitas “menjaga keharmonisan kelompok” (Janis, 1989, hal 60). Hingga pada titik ini, menciptakan perdamaian lebih penting dari pada membuat keputusan yang jelas dan sesuai.
lain gagal untuk menyadari sepenuhnyaa akan adanya pendapat yang berlawanan , ketika mereka menekan konflik hanya agar mereka dapat bergaul dengan baik, atau ketika anggota kelompok tidak secara penuh mempertimbangkan semua solusi yang ada, mereka rentan terhadap groupthink. Ia berpendapat bawa ketika kelompok sedang berada dalam groupthink, mereka serta merta akan terlibat dalam mentalitas “menjaga keharmonisan kelompok” (Janis, 1989, hal 60). Hingga pada titik ini, menciptakan perdamaian lebih penting dari pada membuat keputusan yang jelas dan sesuai.
Asumsi
groupthink
Tiga asumsi
penting yang menuntun teori ini adalah :
1. terdapat
kondisi-kondisi didalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
2. pemecahan
masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu
3. kelompok
dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.
1. terdapat
kondisi – kondisi didalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
Ernest
Borman (1996) mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan
yang sama atau investasi emosional, dan sebagai akibatnya mereka cenderung
untuk mempertahankan indentitas kelompok. Pemikiran kolektif ini biasanya
menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik dan memiliki
kohesivitas tinggi.
2. pemecahan
masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu
Hal ini
biasanya merupakan kegiatan yang menyatu maksudnya, orang dengan tidak sengaja
menganggu jalannya pengambilan keputusan dalam kelompok kecil. Para anggota
biasanya berusaha untuk dapat bergaul dengan baik, Dennis Gouran (1998)
mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan afiliatif, yang
berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menahan masukan mereka dari
pada mengambil resiko ditolak.
3. kelompok
dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks
Dalam
mendiskusikan asumsi ini , kita melihat pada kompleksitas dari kelompok kecil
dan kemudian pada keputusan yang muncul dari kelompok ini. Pertama, anggota
kelompok kecil harus teruss menyadari banyak alternative yang tersedia bagi
mereka dan mampu untuk membedakan alternatif-alternatif ini . selain itu,
anggota kelompok tidak boleh hanya memahami tugas yang sedang mereka tangani
melainkan juga orang-orang yang memberikan masukan ke dalam tugas tersebut.
Gejala
Groupthink
1. Penilaian
Berlebihan terhadap kelompok
a. Ilusi akan ketidakrentanan , didefiniskan sebagai keyakinan kelompok bahwa mereka cukup istimewa untuk mengatasi rintangan atau permasalahan apapun.
b. Keyakinan akan moralitas yang tertanam didalam kelompok, mereka mengadopsi pemikiran bahwa “kami adalah kelompok yang baik dan bijaksana” (Janis , 1982, hal 256). Karena kelompok menganggap diri mereka baik, maka mereka percaya bahwa pengambilan keputusan mereka akan baik pula.
a. Ilusi akan ketidakrentanan , didefiniskan sebagai keyakinan kelompok bahwa mereka cukup istimewa untuk mengatasi rintangan atau permasalahan apapun.
b. Keyakinan akan moralitas yang tertanam didalam kelompok, mereka mengadopsi pemikiran bahwa “kami adalah kelompok yang baik dan bijaksana” (Janis , 1982, hal 256). Karena kelompok menganggap diri mereka baik, maka mereka percaya bahwa pengambilan keputusan mereka akan baik pula.
2.
Ketertutupan Pikiran
a. Steriotip kelompok Luar, yaitu persepsi streotip mengenai rival atau musuh. Streotip ini menekankan bahwa lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh dalam membalas kritik.
b. Rasional Kolektif , merujuk pada situasi dimana anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikirian dan tindakan mereka sebelum mereka mencapai suatu keputusan akhir.
a. Steriotip kelompok Luar, yaitu persepsi streotip mengenai rival atau musuh. Streotip ini menekankan bahwa lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh dalam membalas kritik.
b. Rasional Kolektif , merujuk pada situasi dimana anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikirian dan tindakan mereka sebelum mereka mencapai suatu keputusan akhir.
3. Tekanan
untuk mencapai keseragaman
a. Sensor diri, merujuk kepada kecendrungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan adanya argument-argumen yang menentang. Mereka mulai memikirkan ulang ide-ide mereka sendiri.
b. Ilusi akan adanya kebulatan suara, menganggap bahwa diam adalah tanda setuju.
c. Self appointed mindguards, anggota-anggota kelompok yang melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung. Para mindguards yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan terbaik kelompok mereka.
d. Tekanan terhadap para penentang, melibatkan adanya tekanan tekanan terhadap anggota kelompok yang menyatakan opini, pandangan, atau komitmen yang berlawanan dengan mayoritas.
a. Sensor diri, merujuk kepada kecendrungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan adanya argument-argumen yang menentang. Mereka mulai memikirkan ulang ide-ide mereka sendiri.
b. Ilusi akan adanya kebulatan suara, menganggap bahwa diam adalah tanda setuju.
c. Self appointed mindguards, anggota-anggota kelompok yang melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung. Para mindguards yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan terbaik kelompok mereka.
d. Tekanan terhadap para penentang, melibatkan adanya tekanan tekanan terhadap anggota kelompok yang menyatakan opini, pandangan, atau komitmen yang berlawanan dengan mayoritas.
Sumber
Referensi : West and Turner, 2007, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, Jakarta :
Penerbit Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar